Black WIdows / Janda Hitam Chechnya

| |
Nama kelompok Janda Hitam Chechnya mengingatkan orang pada nama spesies laba-laba black widow, tapi sebenarnya tidak berhubungan. Inilah kelompok pejuang kemerdekaan Chechnya paling ditakuti di Rusia. Seperti namanya, gerakan perlawanan ini dimotori para janda Chechnya yang suaminya tewas ketika berperang melawan Rusia.

Para janda itu memutuskan meneruskan perjuangan para suaminya dengan menjadi pembawa bom bunuh diri. Enam dari tujuh serangan bom bunuh diri oleh separatis Chechnya pertengahan tahun lalu dilakukan para wanita ini. Sejak serangan kedua Rusia ke Chechnya pada 2000, gerilyawan negeri kecil mayoritas muslim di Kaukasia itu beberapa kali melakukan pengeboman di wilayah Rusia termasuk Moskow.

Serangan itu selalu dilakukan oleh perempuan, atau minimal salah satunya perempuan. Perempuan itu kemudian dikenal sebagai "Black Widow" karena sebagian besar dari mereka adalah perempuan yang suami atau saudara mereka tewas di tangan tentara Rusia. Black Widow sendiri mengacu pada jenis laba-laba ganas. Laba-laba betina jenis ini akan membunuh laba-laba jantan setelah mereka berhubungan seks. Itu sebabnya muncul julukan Black Widow alias "janda hitam".

Kelompok Black Widow ini--kadang disebut "Shahidka", dari kata syahid ditambah kata "ka" yang berarti perempuan--semula dikendalikan pemimpin Chechnya Shamil Basayev. Setelah Basayev tewas pada 2006--Rusia mengatakan ia dibunuh lewat operasi rahasia sedang gerilyawan menyatakan ia tewas saat menangani sebuah bom--nyaris tidak ada serangan Black Widow lagi.

Basayev kemudian diganti Umarov. Jika benar serangan ini dilakukan oleh Black Widow, maka berarti Umarov sudah seperti Basayev, mengendalikan penuh kelompok pembom bunuh diri perempuan itu.
Black Widow sendiri semula digambarkan sebagai kelompok yang sangat religius. Gambaran ini juga ingin dikobarkan Rusia agar operasi mereka di Chechnya mendapat dukungan Barat agar cocok dengan agenda "Perang lawan Terorisme"-nya George Bush.

Tapi kegagalan serangan bom bunuh diri yang dilakukan Zarema Muzhikhoeva pada 2004 membuka cerita lain. Ia gagal meledakan diri di sebuah kafe di Moskow pada Februari 2004 karena berhasil dilumpuhkan satpam. Bom yang dibawanya akhirnya meledak dan menewaskan polisi penjinak bom. Muzhikhoeva bukan dari kelompok Islam garis keras. Tapi alasannya melakukan bom bunuh diri adalah kemiskinan dan keputusasaan. Berdasarkan pengakuan kepada polisi, Muzhikhoeva mengatakan dibesarkan di kota Achkoi-Martan.

Kota itu hancur dalam serangan Rusia ke Chechya pada 1994-1995. Ia bersekolah sampai umur 15 tahun. Saat itu ia keluar setelah hamil dengan pacarnya. Orang yang menghamili, yang sudah menjadi suami, kemudian tewas saat Rusia menyerbu Chechnya untuk kedua kalinya pada tahun 2000. Sesuai tradisi Chechnya, janda ini "dimiliki" oleh keluarga bekas suaminya. Oleh keluarga suaminya ia dijadikan pembantu gratis sehingga akhir melarikan diri. Ia makan dari berhutang dan mencuri.

Akhirnya seorang pria yang meminjami uang mengatakan bahwa satu-satunya cara untuk membayar utang adalah melakukan serangan bunuh diri. Hutangnya akan dibayar dan keluarga masih mendapat uang.Muzhikhoeva setuju, bukan hanya karena masalah utang. Ia juga ingin membalas kematian suaminya, sehingga ia dikirim ke Moskow. Di Moskow, ia selalu mendapat minum jus jeruk yang selalu membuatnya pusing.

Saat operasi tiba, ia dikirim ke sebuah kafe di Moskow. Ia mencoba menyalakan detonator tapi gagal. Akibatnya, satpam berhasil meringkus. Bom itu sendiri akhirnya benar meledak setelah dilepas dari tubuhnya dan menewaskan polisi penjinak bos. Ia kemudian divonis 20 tahun penjara. Pernyataan Muzhikhoeva sendiri--bahwa ia tidak melakukan atas alasan religius--mungkin sudah dipelintir polisi. Polisi tidak pernah mengizinkan wartawan mewawancarainya sehingga tidak bisa melakukan verifikasi. Tapi jika dipelintir, Rusia rugi karena bertentangan dengan niat Moskow menyamakan kelompok separatis Chechnya dengan kelompok teroris (agama).

Muzhikhoeva juga bukan satu-satunya Black Widow. Berikut daftar para pembom bunuh diri:

-- Khava Barayeva
"Black Widow" pertama. Ia meledakkan diri di pangkalan militer Rusia di Chechnya pada Juni 2000.

--Medna Bayrokova
Salah satu yang melakukan pengepungan Teater Moskow dikenali ibunya sebagai Medna Bayrokova, warga ibu kota Chehnya, Grozny. Ibunya mengingat anaknya, 26 tahun, yang hilang setelah ditemui seorang tamu sebulan sebelumnya pada 2002.

-- Shakhida Baimuratova
Melakukan bom bunuh diri pada Mei 2003  yang menewaskan 14 orang. Ia sendiri mengincar presiden Chehnya pro-Moskow, Akhmad Kadyrov. Seorang pembom lain juga ada di sana, tapi bomnya gagal meledak.

-- Perempuan Tak Dikenal
Seorang perempuan meledakkan diri dalam bus yang disesasi tentara Rusia pada Juni 2003. Sebanyak 17 tentara tewas.

-- Dua Perempuan Tak Dikenal
Dua perempuan pembom bunuh diri menewaskan 16 orang dalam sebuah konser rock di Moskow.

-- Perempuan dan Pria
Seorang perempuan dan seorang pria meledakkan diri pada Desember 2003 di kereta api di Yessentuki. Sebanyak 46 tewas.

-- Khadishat Mangeriyeva
Ia meledakkan diri pada Desember 2003 hanya beberapa ratus meter dari gedung Kremlin. Sebanyak enam tewas dalam serangan yang diduga diarahkan ke gedung parlemen itu.

-- Zarema Muzhakoyeva
Ia gagal meledakan diri di sebuah kafe di Moskow pada Februari 2004 karena berhasil dilumpuhkan satpam. Tapi bom yang dibawanya akhirnya meledak dan menewaskan polisi penjinak bom.

-- Amnat Nagayeva dan Satsita Djerbikhanova
Dua orang ini meledakan diri bersama pesawat yang ditumpangi. Mereka naik dua pesawat dan total menewaskan 46 orang.

-- Roza Nagayeva dan Mairam Taburova
Pada September 2004, mereka ikut dalam penyanderaan gedung sekolah di Beslan.  Menurut saksi, dua orang itu saat penyanderaan mengecam pemimpin sendiri karena sasaran penyanderaan adalah anak-anak. Mereka tewas setelah bom diledakkan dari jarak jauh.

--kakak beradik Fatima dan Khadzhad Ganiyev, yang tewas pada aksi penyanderaan di teater Moskow. Sulumbek Ganiyev, ayah mereka bercerita, suatu hari tentara Rusia mendatangi rumah keluarga Ganiyev. Tentara menembak lima sapi dan membawanya pergi. Beberapa bulan kemudian, tentara Rusia kembali datang. Kali ini mereka merampas video cassette, kambing, ayam, dan meledakkan gudang penyimpanan makanan.

Tak lama, dua anak lelaki Ganiyev, Rustam dan Husein bergabung dengan pemberontak, untuk melawan tentara Rusia. Malang bagi Ganiyev. Tentara Rusia kembali datang dengan penuh amarah. Tiga anak perempuan dibawa. Ganiyev dipaksa membayar 1000 dollar untuk pemembasan putrinya.
Sekembalinya dari tahanan itu, ketiganya berubah. Mereka menceritakan penyiksaan tanpa air mata. Fatima adalah mahasiswa Fakultas Hukum, sedangkan Kadzhad kuliah di Fakultas Kedokteran. Tak lama, keduanya pamit, dengan alas an melihat sepupunya di kota lain. Lama tak ada kabar berita, hingga akhirnya, Ganiyev melihat foto putrinya yang sudah mati di televisi.

Inong Balee
Bukan baru kali ini, nama kelompok Janda Hitam terdengar. Juli tahun 2003, seorang perempuan Chechnya, Zarema Muzhakhoyeva, ditangkap di Moskow dengan membawa bom di tas tangannya. Bom itu meledak, saat pakar bom akan membawanya untuk diledakkan. Zarema dihukum 20 tahun dengan tuduhan terlibat terorisme. Disidang inilah, Zarema mengakui sebagai bagian dari kelompok Janda Hitam, yang akan membalas dendam kematian suami dan anak mereka yang tewas akibat kekejaman tentara Rusia. Sebuah langkah wajar.

Model serupa juga pernah kita dengar di Aceh. Para perempuan Aceh yang dendam kepada TNI membentuk barisan Inong Balee (janda). Merekalah yang acap bertemu dengan pasukan TNI yang masuk kampung, sebab lelaki dewasa sudah lari masuk hutan. Mereka pula yang merasakan kepahitan ekonomi, sosial, akibat kehilangan suami dan anak-anak. Meskipun belakangan “kemurnian” ideologi tercemar, karena GAM memaksa perempuan ikut berperang, demi alasan bahwa seluruh lapisan masyarakat mendukung separatisme.

1 komentar:

alkatro mengatakan...

hii ngeri amir, mbah elisabeth yang paling serem, soalnya wanita .. kabuurr